Surat Dahlan


Judul Buku                  : Surat Dahlan
Penulis                        : Khrisna Pabichara
Penerbit                       : Noura Books
ISBN                             : 9786027816251
TahunTerbit                 : 2013
Tebal Halaman           : 396

Akhirnya tamat juga aku membaca buku ini, ya Novel Surat Dahlan  merupakan kelanjutan dari Sepatu Dahlan yang merupakan novelisasi kehidupan Dahlan Iskan (menteri BUMN). Sejak namanya semakin dikenal masyarakat setelah menjadi direktur PLN dan Menteri BUMN banyak sudah buku-buku tentangnya ditulis dari berbagai sudut pandang. Diantara buku-buku tentangnya (Dahlan Iskan) saya tertarik dengan novelisasi kehidupan Dahlan Iskan karya Khrisna Pabichara yang mencoba menovelkan sejarah kehidupan Dahlan Iskan semenjak kecil hingga sekarang yang terbagi kedalam 2 buah novel berseri #SepatuDahlan & #SuratDahlan, sementara kabar dari tiwtter penulis @1bichara juga akan meluncurkan novel kelanjutanya yakni #SenyumDahlan. patut kita nantikan :)

Sebelumnya novel Sepatu Dahlan mengisahkan kehidupan masa kecil Dahlan Iskan hingga SMA, nah di Surat Dahlan kita bisa membaca bagaimana Dahlan Iskan mencari jati dirinya, kisah cintanya, dan masa-masa kuliahnya di Samarinda hingga menjadi wartawan dan dipercaya mengelola koran Jawa Pos di Surabaya. 
"......Ada yang mengatakan kepadaku bahwa penyakit pertama yang diidap para perantau adalah rindu kampung....."
Dahlan seorang perantau di Samarinda. Sudah 3 tahun berlalu dia meninggalkan Kebon Dalem, kampung halamannya. Awalnya tujuan Dahlan merantau yaitu untuk menjalani kuliah hingga Sarjana di PTAI Samarinda agar bisa membahagiakan bapaknya. Sayang, teori tak sejalan dengan kenyataan. Dosen-dosen yang otoriter dan keadaan politik yang memanas membuat perkuliahan tidak lancar. Belum lagi, kerinduannya yang besar terhadap kampung halaman dan orang-orang terkasih yang selalu menyesakkan dada, membuat hidup di rantau terasa semakin berat.

Tidak bisa mengutarakan pendapat secara bebas. Lama-kelamaan Dahlan merasa bosan kuliah. Rasa semangat untuk menuntut ilmu pun pudar. Waktu kuliahnya sering dihabiskan di sekretariat PII (Pelajar Islam Indonesia) bersama teman-temannya yaitu Syaiful, Syarifudin, Latif, Nafsiah, dan lain-lain.

Sejak jaman Soeharto, hak bebas berpendapat seolah musnah. Dahlan dan Anggota PII pun melakukan unjuk rasa yang dipimpin oleh Dahlan. Aksi Unjuk Rasa itu tidak didengar oleh pemerintah, malah Dahlan dan Anggota PII lainnya dikejar-kejar tentara dan menjadi buronan. 2 orang teman Dahlan, Syaiful dan Syarifudin tertangkap oleh tentara. Tetapi tidak dengan Dahlan. Ia diselamatkan oleh Nenek saat terjatuh di jurang. 

Setelah melalui masa-masa sulit dalam pelariannya dan  ketika situasi nasional kembali normal, Tak disangka, dalam perlariannya, takdir mempertemukan Dahlan dengan dua cinta baru dalam hidupnya: Cinta pada seorang wanita yang kelak akan menjadi istrinya dan Surat Kabar.

Itulah sedikit rakuman atau sinopsis dari apa yang telah saya baca dari novel ini, untuk sobat yang ingin mengetahui ceritanya secara lengkap langsung saja beli bukunya, hehe

Dari segi pengisahan seperti novel sebelumnya, novel Surat Dahlan ini ditulis dengan kalimat sederhana, enak dibaca tanpa mengurangi keindahan sastrawinya sehingga novel ini memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Akhir cerita dari novel ini cukup menggugah dimana  terjadi reuni kecil antara keluarga Dahlan dan ayahnya lengkap dengan nasihat-nasehat bijak dan isnpiratif dari sang ayah yang bersahaja.
Buku ini mengajarkan juga mengenai sikap kritis serta kepekaannya yang dimiliki oleh Dahlan, dari sikap inilah Dahlan mulai dilirik dan diperhatikan oleh salah satu pemilik mimbar.

Banyak hal serta pengalaman baru dalam buku ini karena mengandung unsur motivasi yang sangat jarang ditemui pada era saat ini, hal-hal kecil yang dilakukan oleh Dahlan sangat memberikan pengetahuan yang baru yang langsung bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 "Kata 'tapi' itu diciptakan hanya bagi mereka yang malas dan suka cari alasan"
 "Kata 'seandainya' ditemukan hanya untuk memberati sesalan"
 "Karena menunggu adalah alasan mematikan bagi sebuah harapan"

Sebagai karya sastra, novel ini patut mendapatkan apresiasi terutama Penulis serta perhatian serius di kalangan pengkaji sastra Indonesia. Dan buku ini bisa menjadi pegangan bagi orang-orang Indonesia, yang masih mempunyai impian.
          
Demikian resensi novel surat dahlan dari saya, Semoga novel ini bisa menularkan semangat positif dan menginspirasi khususnya bagi generasi muda penerus bangsa ini. amin 
Peresensi : Moch. Achsanul In'am

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel